DAKWAH DENGAN FILM DAN SENI DRAMA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan 3
Dosen Pengampu : Agus Miswanto, M. A.

Disusun Oleh :
Latifa Fatah
|
16.0401.0056
|
Taufik Sholihin
|
16.0401.0057
|
Nur Ismailah
|
16.0401.0058
|
Miftachul Jannah
|
16.0401.0060
|
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang berisi dengan petunjuk-petunjuk
agar manusia secara individual menjadi manusia yang baik, beradab, dan
berkualitas, selalu berbuat baik sehingga mampu membangun sebuah peradaban yang
maju, sebuah tatanan kehidupan yang manusiawi dalam arti kehidupan yang adil,
maju bebas dari berbagai ancaman, penindasan, dan berbagai kekhawatiran. Agar
mencapai yang diinginkan tersebut diperlukan apa yang dinamakan sebagai dakwah.
Karena dengan masuknya Islam dalam sejarah
umat manusia, agama ini mencoba meyakinkan umat manusia tentang
kebenarannya dan menyeru manusia agar menjadi penganutnya. Di samping itu,
Islam sebagai agama disebut agama dakwah, maksudnya adalah agama yang
disebarluaskan dengan cara damai, tidak lewat kekerasan.[1]
Dakwah Islam dalam berbagai bentuknya telah mengantarkan
Islam sebagai agama universal yang mudah dan cepat bisa diterima di berbagai
belahan dunia, tidak hanya di Timur Tengah, melainkan di negara-negara Asia,
Afrika, Eropa, bahkan Australia dan Amerika, itu semua karena adanya rutinitas
proses dakwah yang dilakukan oleh individu-individu muslim sebagai juru dakwah.[2]
Beragama Islam tidak berarti harus jauh dari dunia seni
atau bersikap anti-kesenian. Jika beragama Islam merupakan fitrah manusia, maka
berkesenian pun adalah naluri manusia. Berpijak pada nilai-nilai fitrah
kemanusiaan yang cenderung kepada kebenaran dan kebajikan, maka sesungguhnya
berkesenian yang mengekspresikan keindahan itu juga dapat merefleksikan
nilai-nilai kebenaran dan kebajikan bagi kemaslahatan hidup umat manusia.
Relevan dengan hal di atas, maka pada dasarnya gagasan dan aktivitas umat
Islam untuk menciptakan hasil karya seni itu harus menjadi bagian dari sikap
keberagamaannya. Artinya, berkesenian atau proses menghasilkan kreasi seni
tidak bisa lepas dan terpisah dari norma dan ajaran agama Islam. Begitu pula
ketika menikmati atau mengapresiasi hasil karya seni harus senantiasa
berpatokan pada nilai agama Islam. Dengan kata lain, kesenian bisa menjadi
subyek dan obyek dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar.[3]
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah pengertian, dasar kewajiban, dan tujuan
dakwah ?
2.
Bagaimanakah film dan seni drama sebagai media dan metode
dakwah ?
C. Tujuan dan Manfaat
1.
Untuk mengetahui pengertian, dasar kewajiban, dan tujuan
dakwah
2.
Untuk mengetahui film dan seni drama sebagai media dan
metode dakwah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN, DASAR KEWAJIBAN , DAN TUJUAN DAKWAH
1. PENGERTIAN DAKWAH
Sampai sekarang ini telah banyak para Sarjana atau para ahli yang memberikan
definisi atau pengertian tentang dakwah, beberapa definisi tersebut antara lain
sebagai berikut :
a.
Drs. H. Mardar Helmy, memberikan pengertian :
“Dakwah
menurut bahasa dari kata : دَعَا – يَدْعُوْ
yang berarti :
seruan, panggilan, undangan. Dan menurut istilah : mengajak dan menggerakkan
manusia, agar mentaati ajaran-ajaran Allah (Islam)”.
b.
Drs. Nasruddin Razak, dalam
“Metodologi Dakwah” memberikan arti : “Dakwah artinya memanggil, mengajak,
menyeru, menganjurkan kepada sesuatu”.
c.
Muhammad Natsir dalam tulisannya
yang berjudul : “Fungsi Dakwah Islam Dalam Rangka Perjuangan”, bahwa :
“Dakwah adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan
manusia dan seluruh umat konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup
manusia di dunia ini, yang meliputi amar ma’ruf
nahi mungkar, dengan berbagai macam cara dan media yang diperbolehkan
akhlak dan membimbing pengalamannya dalam peri kehidupan bermasyarakat dan peri
kehidupan bernegara”.
Melihat dari pengertian memberikan arti bahwa
dakwah setiap suatu kegiatan yang berbentuk apapun kegiatan itu, asalkan
mengandung salah satu nilai ajakan, seruan, panggilan dan seterusnya kepada
ketaqwaan, budi pekerti, ibadat dan sebagainya menurut ajaran-ajaran Islam.
Jadi dengan perkataan lain, dakwah adalah ajakan
dan seterusnya kepada umat manusia (individu atau kelompok) dalam bentuk amar
ma’ruf nahi mungkar (lisan, tulisan dan sebagainya) dengan menggunakan sarana
untuk mencapai tujuan itu yang diridloi Allah SWT.[4]
2. DASAR KEWAJIBAN DAKWAH
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat
Ali ‘Imron ayat 104 sebagai berikut :
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ
الْمُفْلِحُونَ
Artinya :
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.
Ayat tersebut memberikan pengertian bahwa :
Pertama : manusia itu untuk melaksanakan hal-hal yang baik (ma’ruf),
dalam perbuatan atau pekerjaannya sesuai dengan perintah Allah.
Kedua : manusia diharuskan pula untuk meninggalkan atau menjauhi
dari hal-hal yang tidak baik (mungkar), dalam perbuatan atau pekerjaan yang
dilarang oleh Allah.
Dengan demikian setiap usaha yang
dilakukan oleh manusia untuk melepaskan dirinya dari hal-hal yang dilarang dan
mendekatkan serta melaksanakan hal-hal yang baik, diperintahkan, ini berarti
dapat dikatakan telah melaksanakan dasar kewajiban dakwah.
3. TUJUAN DAKWAH
Sebenarnya tujuan dakwah itu
adalah tujuan diturunkan ajaran Islam bagi umat manusia itu sendiri, yaitu
untuk membuat manusia memiliki kualitas akidah, ibadah , serta akhlak yang
tinggi. Namun secara umum tujuan dakwah dalam Al-Qur’an adalah :
a. Dakwah bertujuan untuk menghidupkan hati yang mati.
b. Agar manusia mendapatampunan dan menghindarkan azab
dari Allah SWT.
c. Untuk menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya.
d. Untuk menegakkan agama dan tidak terpecah-pecah.
e. Mengajak dan menuntun ke jalan yang lurus.
f. Untuk menghilangkan pagar penghalang sampainya
ayat-ayat Allah SWT ke dalam lubuk hati masyarakat.[5]
B. FILM DAN SENI DRAMA SEBAGAI MEDIA DAN METODE DAKWAH
Dakwah pada dasarnya menyampaikan pesan-pesan Islam kepada masyarakat
luas. Dalam hal ini dakwah bisa dilaksanakan dengan menggunakan berbagai media
yang ada, termasuk dakwah harus menggunakan media-media mutakhir untuk bisa
dimanfaatkan sebagai media dakwah.[6]
Seni memiliki makna sesuatu yang indah atau keindahan. Seni memuat aspek
estetika dan oleh karenanya sangat memungkinkan untuk diolah menjadi hiburan
yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam hal ini, dakwah yang disampaikan dengan
memperhatikan aspek artistik dan estetik akan memiliki daya persuasi yang lebih
efektif.
Perjumpaan kalangan warga Muhammadiyah dengan dunia seni tidak bisa
diingkari, bahkan melahirkan kreativitas-kreativitas tersendiri. Secara umum,
apresiasi seni warga Muhammadiyah mencakup seni tari, seni suara, seni lukis, seni
sastra, seni musik, seni ukir, seni beladiri, seni qira’ah, seni taman,
arsitektur, dan tentunya seni teater/ drama dan seni film.
Dalam kehidupan manusia, seni dan estetika mempunyai beberapa manfaat
dan daya guna. Pertama, seni bisa untuk menciptakan harmoni vertikal (habluminallah)
dan horizontal (habluminannas). Kedua, seni dapat menjadi bermanfaat
untuk menanamkan kesadaran multikultural. Ketiga, pendayagunaan dan pendidikan
seni untuk keluhuran dan kehalusan budi. Keempat, seni sebagai alat untuk
mencerdaskan emosi dan menyampaikan pesan kodrati manusia kepada Allah SWT. Dan
kelima, dalam hal tertentu seni dapat digunakan sebagai media dakwah.[7]
Bagi pecinta karya seni, pesan dakwah lewat karya seni lebih banyak
membuatnya berpikir tentang Allah SWT. dan makhluk.Nya, lebih daripada ketika
hanya mendengar ceramah agama. Sebagai contoh, penonton film The Message bisa
menangkap pesan dakwah di dalamnya, bagaimana semangat para sahabat Rasulullah
dalam berdakwah, bagaimana merdunya suara Bilal bin Rabbah ketika diperankan
untuk mengumandangkan azan di dekat Kakbah dalam film itu.[8]
1. FILM
Film atau gambar hidup juga
sering disebut movie dan secara kolektif sering disebut ‘sinema’. Film
dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur
palsu) dengan kamera, dan/atau oleh animasi (http://id.wikipedia.org/wiki/film).
Dalam film terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. Film
dapat dijadikan media dakwah dengan kelebihannya sebagai audio visual. Keunikan
film sebagai media dakwah ini antara lain :
a. Secara psikologis, penyuguhan secara hidup dan tampak
yang dapat berlanjut dengan animation memiliki keunggulan daya
efektifnya terhadap penonton.
b. Media film yang menyuguhkan pesan hidup dapat
mengurangi keraguan yang disuguhkan, lebih mudah diingat dan mengurangi
kelupaan.
Film yang dapat memengaruhi emosi
penonton memang amat mengesankan. Pada tahun 1970-an ribuan orang datang ke
masing-masing gedung bioskop untuk menyaksikan film The Message. Penonton
film dakwah tersebut amat terkesan bahkan seolah-olah menyaksikan secara
langsung perjuangan Rasulullah SAW. dalam berdakwah di kota Mekkah yang penuh
intimidasi dan tantangan-tantangan lainnya. Mereka sudah lama mendengar nama
Bilal, muadzin pertama kali dalam literatur Islam, akan tetapi lebih berkesan
ketika melihat sosoknya dalam film tersebut.[9]
Contoh film dakwah selain The
Message (Ar-Risalah) adalah Lion of the Desert, Walisongo,
Fatahillah, dan lain-lain. Selain itu film Indonesia sebagai media dakwah
yang terkenal diantaranya Sang Pencerah, Sang Kyai, Ketika Cinta Bertasbih 1
dan 2, Ayat-Ayat Cinta 1 dan 2, Hijrah Cinta, dan masih banyak lagi.
2. SENI DRAMA
Secara
umum, pengertian drama adalah karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog
dengan maksud dipertunjukan oleh aktor. Pementasan naskah dramaa dikenal dengan
istilah teater. Dapat dikatakan bahwa drama berupa cerita yang diperagakan para
pemain di panggung.
Sebenarnya film juga termasuk
dalam seni drama. Lain dengan film yaitu sinetron atau sinema elektronik yang
dalam bahasa Inggris disebut soap opera dan dalam bahasa Spanyol disebut
telenovela. Sinetron pada umumnya bercerita tentang kehidupan manusia
sehari-hari yang diwarnai dengan konflik. Mulai tahun 2000-an banyak
bermunculan sinetron bernuansa dakwah yang disiarkan oleh hampir semua stasiun
TV di Indonesia.
Sinetron-sinetron yang dapat
disebut sebagai sinetron dakwah antara lain, Takdir Ilahi, Hidayah, Hikmah dan
sebagainya yang pada umumnya bercerita tentang kedurhakaan seseorang kepada
Allah atau sesama dan hukuman atau akibat pahit yang dirasakannya sebagai
hukuman di dunia.[10]
Film dan sinetron sebagai media
dakwah mempunyai kelebihan, antara lain dapat menjangaku berbagai kalangan. Di
samping itu juga dapat diputar ulang di tempat yang membutuhkan sesuai dengan
situasi dan kondisinya. Kelemahannya adalah biayanya cukup mahal, prosedur
pembuatannya cukup panjang dan memerlukan keterlibatan berbagai pihak.[11]
Seni drama selain berupa sinema
elektronik, dapat melalui pertunjukan wayang orang atau wayang kulit. Wayang
kulit sendiri digolongkan sebagai media yang bersifat “Audio visual”
artinya suatu media yang dapat dilihat dan didengar, dalam hal ini seperti
sandiwara, pertemuan dan semacamnya. Wayang kulit juga termasuk salah satu
media dakwah yang dipandang lengkap untuk membawakan suatu bentuk dari suatu
ajaran, seperti ajaran-ajaran Islam.[12]
Potensi-potensi masyarakat dalam
mengembangkan kesenian dalam Islam seharusnya menjadi sarana dan media untuk
mengembangkan dakwah Islamiyyah, yang pada tujuan akhirnya adalah dapat
mendekatkan manusia untuk lebih memahami ajaran dan perintah Tuhan melalui
pendekatan seni itu. Dengan demikian seni mempunyai landasan dan kriteria
batasan-batasan yang tidak menjerumuskan pemirsa atau penikmatnya, akan tetapi
justru melalui seni ini. Manusia dapat secara tidak langsung mengerti dan
bertambah pengetahuan agamanya, di mana pada akhirnya mereka akan menjalankan
ajaran agama Islam secara lebih baik.[13]
BAB III
KESIMPULAN
Dari hasil Makalah tentang Dakwah dengan Film dan Seni
Drama, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dakwah adalah ajakan dan
seterusnya kepada umat manusia (individu atau kelompok) dalam bentuk amar
ma’ruf nahi mungkar (lisan, tulisan dan sebagainya) dengan menggunakan sarana
untuk mencapai tujuan itu yang diridloi Allah SWT.
Film atau gambar hidup juga
sering disebut movie dan secara kolektif sering disebut ‘sinema’. Film
dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur
palsu) dengan kamera, dan/atau oleh animasi. Film dapat dijadikan media dakwah
dengan kelebihannya sebagai audio visual. Sementara itu pengertian drama adalah
karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan maksud dipertunjukkan oleh
aktor. Pementasan naskah drama dikenal dengan istilah teater. Dapat dikatakan
bahwa berupa cerita yang diperagakan para pemain di panggung.
Film dan sinetron sebagai media dakwah mempunyai kelebihan, antara lain
dapat menjangaku berbagai kalangan. Di samping itu juga dapat diputar ulang di
tempat yang membutuhkan sesuai dengan situasi dan kondisinya. Kelemahannya
adalah biayanya cukup mahal, prosedur pembuatannya cukup panjang dan memerlukan
keterlibatan berbagai pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. 2008. Rekonstruksi
Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta: Amzah.
Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu
Dakwah. Jakarta: Amzah.
Aziz, Moh. Ali. 2004. Ilmu
Dakwah. Jakarta: Prenada Media.
Aziz, Moh. Ali. 2016. Ilmu
Dakwah Edisi Revisi. Jakarta: Prenadamedia Group.
Suara Muhammadiyah. 2004. Dakwah
Kultural Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Sugito, Bambang. 1992. Dakwah
Islam Melalui Media Wayang Kulit. Solo: Aneka.
[1] H. Moh. Ali Aziz, 2004, Ilmu
Dakwah, hlm
1.
[2] Samsul Munir Amin, 2008, Rekonstruksi
Pemikiran Dakwah Islam, hlm
ix.
[3] Suara
Muhammadiyah, 2004, Dakwah Kultural Muhammadiyah, hlm.53.
[4] Bambang
Sugito, 1992, Dakwah Islam Melalui Media Wayang Kulit, hlm. 17-19.
[5] Moh. Ali
Aziz, 2004, Ilmu Dakwah, hlm. 61-63.
[6]
Samsul Munir Amin, 2008, Rekonstruksi
Pemikiran Dakwah Islam, hlm 182.
[7]
Suara Muhammadiyah, 2004, Dakwah Kultural Muhammadiyah, hlm. 54-59.
[8] Moh. Ali
Aziz, 2016, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, hlm. 330.
[9] Moh. Ali Aziz, 2016, Ilmu Dakwah Edisi Revisi, hlm. 425-426.
[10] Moh. Ali Aziz, 2016, Ilmu Dakwah Edisi Revisi,
hlm. 427.
[11] Samsul Munir
Amin, 2009, Ilmu Dakwah, hlm. 121.
[12] Bambang
Sugito, 1992, Dakwah Islam Melalui Media Wayang Kulit, hlm. 43-44.
[13] Samsul Munir
Amin, 2009, Ilmu Dakwah, hlm. 251-252.
0 komentar:
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.